Karena Semua Tidak Kasat Mata


Hampir setiap detik, kecenderungan penglihatan kita selalu tertuju pada hal yang kasat mata. Kemudian pandangan ini kita kolaborasikan dengan alam pikiran yang akhirnya berbuah pada aktifitas dialogis. Apakah itu dialog hati kepada diri sendiri, kepada benda mati, kepada sesama makhluk hidup, ataupun terkhusus kepada makhluk hidup yang bernama manusia.

Dialog-dialog yang disebutkan terakhir inilah yang biasanya menyebar dari mulut ke mulut, dari media ke media, dari media ke mulut, dari mulut ke media. Akhirnya tersebar ke banyak mulut dan media sekaligus. Dengan persebaran yang begitu meluas, maka  ‘sesuatu’ yang di awal dipandang hanya secara kasat mata akan menjadi sebuah kebenaran mutlak atau kesalahan mutlak.

Mengapa itu terjadi? Padahal mata fisik kita penglihatannya sangat terbatas. Melihat apa yang di balik tembok saja sudah tidak sanggup. Apalagi melihat kejadian yang jaraknya terpisah sangat jauh dari posisi keberadaan kita. Apakah kemudian kita hanya lantas percaya atas pandangan atau penglihatan atas bacaan kita? Sementara bacaan tersebut bisa jadi hasil dari pandangan kasat mata juga!

Oleh karena itu, mencoba untuk tidak terlalu membaca secara kasat mata. Novel terbaru berjudul “Pulang” ini bisa membawa kita mengetahui ada banyak hal yang terjadi di kehidupan ini. Termasuk di bidang pemerintahan, khususnya dalam buku karya legendaris penulis bernama pena Tere Liye ini adalah wajah ekonomi kita. Ada apa?

Meskipun “Pulang” hanyalah sebuah buku bacaan berkategori novel atau fiksi. Tapi tidak salah kisah yang alur ceritanya cukup apik ini menjadikan kita untuk berpikir sejenak. Berpikir agar kita tidak terus menerus terjebak dengan pandangan kasat mata yang hari ini terus tersebar luas. Parahnya lagi, akhirnya kitapun terjebak menjadi orang yang turut menyebarluaskan. Padahal, bisa jadi kita tertipu sempurna!

Buku yang setebal genap 400 halaman ini juga memberikan pelajaran bagi pembaca tentang arti korelasi kesungguhan orang tua terhadap masa depan anaknya. Mungkin benar, sekecil apapun yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya akan berdampak bagi anaknya. Sekecil apapun perkataan orang tua, akan menjadi do’a bagi anaknya. Kesungguhan orang tua, dalam buku ini adalah Mamak kepada anaknya Bujang yang dikenal tidak memiliki rasa takut itu.’ Walaupun perjalanan hidupnya sudah begitu jauh –bukan hanya sekedar begitu berkuasanya ia terhadap dunia-. Tetapi ada satu titik balik yang memberikan kesempatan pada dirinya untuk ‘pulang.’

“…kau tetap penasaran dengan banyak hal, karena kau dibesarkan dengan rasionalitas. Tapi saat kau tiba pada titik itu, maka kau akan mengerti dengan sendirinya…” (Pesan Guru Bushi kepada Bujang)

Sebagai salah satu pembaca pertamax. inilah sedikit ulasan bagi yang bertanya-tanya mengenai apa isi dari karya Tere Liye yang baru diterbitkan itu. Pastinya, membaca pertualangan ‘Si Babi Hutan’ yang ada dalam buku ini dijamin seru. Kita tidak akan hanya seperti membaca novel. Tentunya jika kita mencoba untuk tidak selalu tertuju pada hal yang kasat mata. Benarkan Bang Tere Liye?